Defisiensi Vitamin D Pasien COVID-19 Gejala Berat Disertai Manifestasi Neurologis
DOI:
https://doi.org/10.23886/ejki.10.63.64-70Keywords:
COVID-19, Coronavirus, Vitamin D, Defisiensi Vitamin D, Vitamin D rendahAbstract
Saat infeksi COVID-19 menjadi pandemi ketiga dan terluas di dunia, studi mengenai tatalaksana preventif dan kuratif COVID-19 sangat dibutuhkan. Studi sebelumnya menunjukan kemungkinan vitamin D sebagai profilaksis dan terapi untuk COVID-19, terutama saat hipovitaminosis D yang sering terjadi. Studi ini memuat dua kasus terkonfirmasi COVID-19 di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Indonesia dan data tentang tanda, gejala klinis serta pemeriksaan laboratoriumnya termasuk status vitamin D yang diukur menggunakan metode laboratorium standar. Keduanya menunjukan hasil defisiensi vitamin D. Laporan kasus berbasis bukti ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status vitamin D dan tingkat keparahan COVID-19. Pencarian literatur dilakukan di database PubMed, CENTRAL, EbscoHost dan ProQuest dengan kata kunci ‘vitamin D’, ‘deficiency’, ‘status’, ‘COVID-19’, ‘severity’, ‘risk factor’. Didapatkan satu artikel terkini yang mempresentasikan kasus studi ini, yaitu studi kohort yang menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara defisiensi vitamin D dengan tingginya risiko infeksi dan derajat keparahan COVID-19.
Downloads
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 Rizaldy Taslim Pinzon, Nunki Puspita Utomo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.